Saturday 25 September 2010

Penggunaan Beta-Blocker pada Penyakit Kardiovaskuler

dr. Abidin A. Prawirakusumah
Sub-Bagian Kardiovaskuler, Bagian Ilmu Penyakit Dalam ,
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RS dr: Hasan Sadikin
Bandung

Setelah Ahlquist mengemukakan konsep pembagian reseptor sistem adrenergik dalam reseptor alfa & reseptor beta, berkembanglah penyelidikan-penyelidikan obat-obat yang secara spesifik menghambat reseptor-reseptor itu. Obat penghambat reseptor beta, atau yang sering disebut beta-blocker bersifat mengurangi atau menghilangkan efek stimulasi pada reseptor beta oleh katekolamin (noradrenalin dan adrenalin) yang dihasilkan pada ujung postganglion saraf simpatik dan pada medula suprarenalis:
Dalam klinik beta-blocker antara lain digunakan untuk pengobatan beberapa penyakit kardiovaskuler dan ternyata sangat efektif (1). Di bawah ini akan dibahas masing-masing keadaan klinik yang dapat diobati/ditanggulangi dengan obat tsb.
Tachiaritmia kordis Beta-blocker sangat efektif untuk pengobatan gangguan irama jantung tachiaritmia yang disebabkan meningkatnya aktivitas simpatik terhadap jantung atau oleh meningkatnya konsentrasi katekolamin oleh beberapa sebab, umpamanya pemberian digitalis, hipoksia, hipokalemi atau hipotensi (2).

No comments:

Post a Comment