Sunday 26 September 2010

Imunisasi Campak dan Beberapa Permasalahannya

Djoko Yuwono
Pusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan R.I., Jakarta

PENDAHULUAN
Imunisasi campak di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1982/1983 dalam rangka program Pengembangan Program Imunisasi (PPI). Imunisasi campak di Indonesia dipandang
perlu dilaksanakan di dalam suatu program, karena hasil penelitian telah membuktikan bahwa angka kesakitan dan kematian akibat penyakit campak di Indonesia mencapai 10% – 26%1,2,3. Berpedoman pada hasil penelitian tersebut dan adanya laporan dari berbagai propinsi mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit campak, maka Departemen Kesehatan RI menetapkan untuk melaksanakan imunisasi campak dalam program PPI. Imunisasi campak di Indonesia dianjurkan untuk diberikan pada anak-anak sejak umur 9–14 bulan, tanpa imunisasi ulangan. Alasannya adalah bahwa pada umur tersebut merupakan umur anak yang paling rentan terhadap infeksi virus campak, dan pada umur tersebut kekebalan pasif yang diperoleh dari ibu sudah tidak ditemukan lagi. di dalam tubuh anak. Adapun jenis vaksin yang dipergunakan adalah further five attenuated measles vaccine strain Schwarz, yang dikultur pada biakan sel fibroblast embryo ayam4. Sampai saat ini pelaksanaan imunisasi campak di Indonesia pada akhir Pelita IV ditargetkan mencapai cakupan imunisasi sebesar 65%, dengan kemampuan yang tersedia pada saat ini cakupannya
telah mencapai 45%, dan diharapkan pada akhir Pelita IV nanti target yang telah ditentukan akan dapat tercapai5.

No comments:

Post a Comment